Minggu, 19 April 2015

“Nothing is impossible. Anything can happen as long as we believe.”

"Nothing is impossible. Anything can happen as long as we believe."

Saat ini semua orang berlomba-lomba ingin dinilai dari apa yang mereka miliki, bukan dari apa yang mereka dapat berikan atau mereka bagikan kepada orang lain.
Mindset yang sempit untuk kehidupan yang luar biasa.


Memiliki sesuatu yang mewah atau mahal, tidak selalu berarti menambah kebahagiaan kita. Bahkan boleh jadi, mungkin malah sebaliknya.
Bukannya saya mengartikan bahwa hidup tidak perlu uang. Memang betul, manusia hidup memerlukan uang. Tetapi kebahagiaan sejati ada di hati. Kebahagiaan yang tidak dapat di beli dengan uang. Alangkah baiknya jika saat kita memiliki uang atau rejeki lebih, ingatlah selalu bahwa semua itu adalah anugerah dari Sang Kuasa, maka janganlah lupa untuk melihat sekitar kita. Dan saat kita berada dalam kesulitan, ingatlah selalu bahwa masih ada yang lebih susah dari kita, maka berlututlah dan bersyukurlah atas apa yang kita miliki.
"The more we are grateful, the more happiness we get."


You can have everything and still be miserable. Or you can have relatively little and feel very rich. Happiness is a state of mind. The happiness will come when you are able to make other people happy. 


Berbicara tentang kebahagiaan yang kita miliki.., 
Since we got married, I've heard so many questions about "BABY".
Yahh.., kapan punya anak? sepertinya saya sudah kebal dengan pertanyaan itu..
"Siapa yang tidak ingin memiliki anak?" batin saya selalu mengatakan demikian.
Sayangnya mereka tidak pernah tahu betapa telinga ini rasanya rindu oleh pernyataan, kami doakan segera memiliki momongan ya, tanpa harus bertanya kapan nich nyusul punya baby?"
Suatu harapan yang selalu saya bawa dalam doa.

Hari ini, adik iparku memasuki kebahagiaan yang orang-orang sebut komplit sebagai keluarga.
Iya..betul sekali, new baby born. Seorang anak lelaki telah lahir, seorang cucu telah hadir di keluarga adik iparku.
Mungkin yang terbesit di hati orang lain atau mungkin juga mertua ku, atau bahkan suamiku, bahwa saya mungkin stess kepikiran bahwa saya belum memiliki momongan.

Sebetulnya saya mulai bertanya pada diri sendiri, "Kenapa saya ingin memiliki anak?" apakah keinginan ini keluar semata karena rasa egois seorang manusia yang ingin memiliki anak? atau karena sudah muak dengan pertanyaan "Kapan punya anak?" 
Dalam perenungan saya beberapa minggu ini, ternyata hanya air mata yang mengalir yang saya sadari bahwa ternyata memang saya merindukan memasuki satu fase kehidupan yang disebut IBU. And now, I wipe my tears and I tell to myself that life must go on.

Walaupun suami saya tidak pernah menuntut tentang hal ini, tetapi sebagai keluarga kristiani, kita harus terbuka untuk memiliki keturunan. Saya percaya, ini adalah salah satu skenario Tuhan untuk menguji kesabaran. Tidak berputus asa berdoa dan yakin bahwa semua akan indah pada waktuNya disertai ikhtiar.


To me, having kids is such a major life change. It's not something that anyone should enter into flippantly. It's a life time commitment that will affect a lot of aspects in your life. Nothing is impossible. Anything can happen as long as we believe.


So, keep going on. Keep moving on. Keep staying strong.
I don't waste my time listening to what other people keep saying about me.
My life, My marriage, my goals, my achievements, all about ME and They don't know what I have been through all this time.
Now, I concern is just between my family and God. He knows what they don't and nothing else matters. God's plan is always more beautiful that our desire.




Ulangan 7:9
Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu. DIalah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai beribu-ribu keturunan.


Jakarta, 19 April 2015
When the rain is blowing in the world




Picture from: Pinterest Lauren Conrad and Melanie Moushigian Koulouris








 
Spirit Carries On Blogger Template by Ipietoon Blogger Template