Minggu, 13 Januari 2019

Rindu untuk Papa


Teruntuk mereka yang sangat dekat dengan ayah. Tulisan ini dibuat untukmu agar hatimu tegar dalam menjalani hidup tanpa bisa lagi bergandengan dengan ayah. Jika (mungkin) kamu tidak dekat dengan ayah, tulisan ini dibuat untukmu yang ingin menyelami bagaimana rasanya rindu nasihat, tawa dan dekap seorang ayah.

Bagi sebagian orang, ayah adalah sosok pelindung pertama. Figur yang menjadi pahlawan sekaligus role model di dalam keluarga. Akan tetapi, bagi mereka yang memiliki masalah dengan ayah, kehadirannya justru membuat tidak nyaman suasana di rumah. Walau demikian, KEHILANGAN tetap KEHILANGAN.

Peristiwa saat aku kehilangan ayahku, membuat aku harus menjadi kuat berpijak di atas kaki sendiri. Dari yang tadinya memiliki sandaran dan tempat berlindung, kini  harus bersandar pada diri sendiri. Tak jarang rasanya seperti kehilangan harapan dan mimpi-mimpi yang berusaha dibangun ke dunia nyata. Begitu indah semua hal tersebut dalam genggaman rencana di masa depan, tetapi justru menjadi pasir yang semakin kencang digenggam, semakin mudah bertebaran keluar. Tak ubahnya mimpi buruk yang tak pernah diminta hadirnya, namun muncul begitu saja dalam tidur.

Memang, bagian tersulit dari kehilangan figur ayah ialah menerima. Mencoba menerima dan yakin bahwa kehilangan ayah akan mendewasakan bukanlah hal yang mudah dan instan. Semua membutuhkan proses. Meskipun demikian, waktu akan berperan untuk menguatkan.
Ayah, percayalah malaikat kecilmu dan kekasihmu kini telah tumbuh menjadi pribadi tangguh lebih dari yang kau bayangkan.
Kini kurangkai rinduku dalam DOA untukmu Papa.


“Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Namun kepergianmu pun mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan.”

#penalily


 
Spirit Carries On Blogger Template by Ipietoon Blogger Template