Kamis, 14 Februari 2019

Hujan dan Perjalanan Kita



Apapun gemuruh yang aku rasa di dalam hati kurasa hilang tatkala langit berubah gelap menimbulkan gemuruh yang terdengar lebih seram. Hujan turun tak lama kemudian, tetes demi tetes menerpa tubuh dan kesedihan ikut sirna bersama air hujan jatuh ke tanah. Aku masih ingat harum nya bau tanah yang terkena hujan saat itu, dimulai dengan cuaca terik sepanjang hari hingga senja mengundang hujan untuk membantunya mengobati kesedihan di hati.
Setiap pagi dan sepanjang hari aku ingin sekali melihat manis di senyummu, bahkan kalau bisa setiap saat seperti itu adanya. Niat yang tulus, usaha yang benar akan membuahkan hasil yang indah, aku sangat percaya akan kata-kata tersebut. Tidak akan pernah aku menyerah dengan Rahmat Nya karena aku percaya kita disatukan bukan hanya atas kehendak kita namun atas kehendak Nya. Kini kita berusaha dengan sebaik dan sebenarnya, berdoa se ikhlas dan sesungguhnya berharap pertolongan-pertolongan agar mimpi kita menjadi orangtua dapat Tuhan izinkan.
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya dan ini aku percaya. Bahwa dengan apa yang sekarang aku miliki dan usaha-usaha nyata ke depan agar aku dapat memperoleh apa yang perlu dimiliki, aku yakin jalan terjal untuk kebermanfaatan ini akan lebih indah dijalani bersamamu. Aku tidak bisa memastikan jalan yang kita tempuh akan mudah, ketahuilah jalan yang kita pilih ini terjal namun percayalah dengan kapasitas diri serta keyakinan kita selama melewati jalan ini bersama Nya akan melihat begitu banyak keindahan. Jikalau kita telah mampu mencapai ujung dari jalan ini dan kita hanya tinggal menunggu panggilan nama kita sembari duduk dan bercengkerama di puncak terindah, aku ingin kita melihat ke belakang pada jalan-jalan terjal yang pernah kita lalui niscaya engkau akan melihat perjalanan ini adalah lebih utama daripada titik puncaknya.
Bersama Nya aku yakin dan bersama mu aku ingin menghabiskan setiap senja ditemani hujan selalu bersamamu dulu, kini dan nanti.

- Matahari akhirnya menampakkan dirinya -

#penalily

Minggu, 13 Januari 2019

Rindu untuk Papa


Teruntuk mereka yang sangat dekat dengan ayah. Tulisan ini dibuat untukmu agar hatimu tegar dalam menjalani hidup tanpa bisa lagi bergandengan dengan ayah. Jika (mungkin) kamu tidak dekat dengan ayah, tulisan ini dibuat untukmu yang ingin menyelami bagaimana rasanya rindu nasihat, tawa dan dekap seorang ayah.

Bagi sebagian orang, ayah adalah sosok pelindung pertama. Figur yang menjadi pahlawan sekaligus role model di dalam keluarga. Akan tetapi, bagi mereka yang memiliki masalah dengan ayah, kehadirannya justru membuat tidak nyaman suasana di rumah. Walau demikian, KEHILANGAN tetap KEHILANGAN.

Peristiwa saat aku kehilangan ayahku, membuat aku harus menjadi kuat berpijak di atas kaki sendiri. Dari yang tadinya memiliki sandaran dan tempat berlindung, kini  harus bersandar pada diri sendiri. Tak jarang rasanya seperti kehilangan harapan dan mimpi-mimpi yang berusaha dibangun ke dunia nyata. Begitu indah semua hal tersebut dalam genggaman rencana di masa depan, tetapi justru menjadi pasir yang semakin kencang digenggam, semakin mudah bertebaran keluar. Tak ubahnya mimpi buruk yang tak pernah diminta hadirnya, namun muncul begitu saja dalam tidur.

Memang, bagian tersulit dari kehilangan figur ayah ialah menerima. Mencoba menerima dan yakin bahwa kehilangan ayah akan mendewasakan bukanlah hal yang mudah dan instan. Semua membutuhkan proses. Meskipun demikian, waktu akan berperan untuk menguatkan.
Ayah, percayalah malaikat kecilmu dan kekasihmu kini telah tumbuh menjadi pribadi tangguh lebih dari yang kau bayangkan.
Kini kurangkai rinduku dalam DOA untukmu Papa.


“Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Namun kepergianmu pun mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan.”

#penalily


 
Spirit Carries On Blogger Template by Ipietoon Blogger Template