Teruntuk mereka yang sangat dekat dengan
ayah. Tulisan ini dibuat untukmu agar hatimu tegar dalam menjalani hidup tanpa
bisa lagi bergandengan dengan ayah. Jika (mungkin) kamu tidak dekat dengan
ayah, tulisan ini dibuat untukmu yang ingin menyelami bagaimana rasanya rindu
nasihat, tawa dan dekap seorang ayah.
Bagi sebagian orang, ayah adalah sosok pelindung pertama. Figur yang
menjadi pahlawan sekaligus role model di dalam keluarga.
Akan tetapi, bagi mereka yang memiliki masalah dengan ayah, kehadirannya justru
membuat tidak nyaman suasana di rumah. Walau demikian, KEHILANGAN tetap KEHILANGAN.
Peristiwa saat aku kehilangan ayahku, membuat aku harus menjadi kuat
berpijak di atas kaki sendiri. Dari yang tadinya memiliki sandaran dan tempat
berlindung, kini harus bersandar pada diri sendiri. Tak jarang rasanya
seperti kehilangan harapan dan mimpi-mimpi yang berusaha dibangun ke dunia
nyata. Begitu indah semua hal tersebut dalam genggaman rencana di masa depan,
tetapi justru menjadi pasir yang semakin kencang digenggam, semakin mudah
bertebaran keluar. Tak ubahnya mimpi buruk yang tak pernah diminta hadirnya,
namun muncul begitu saja dalam tidur.
Memang, bagian tersulit
dari kehilangan figur ayah ialah menerima. Mencoba menerima dan yakin bahwa kehilangan
ayah akan mendewasakan bukanlah hal yang mudah dan instan.
Semua membutuhkan proses. Meskipun demikian, waktu akan berperan untuk
menguatkan.
Ayah, percayalah
malaikat kecilmu dan kekasihmu kini telah tumbuh menjadi pribadi tangguh lebih
dari yang kau bayangkan.
Kini kurangkai rinduku
dalam DOA untukmu Papa.
“Kepergianmu membuatku
mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah
tiada. Namun kepergianmu pun mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk
mendengarkan segala doa dan harapan.”
#penalily